Minggu, 08 Maret 2020

ARTIKEL ONLINE COVID - 19 MENGGETAR


Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh....





A . D A M P A K  P E R E K O N O M I A N  A K I B A T  V I R U S  C O R O N A 

    Seperti yang kita tau, berbagai peristiwa ekonomi, politik, dan sosial terus mewarnai prospek ekonomi dunia. Namun, yang paling menggemparkan di awal 2020 ini adalah dengan adanya wabah Virus Corona. Virus yang diduga berasal dari konsumsi makanan ekstrem di China itu telah merenggut nyawa kurang lebih 3000 orang di seluruh dunia hingga saat ini.

   Dampak ekonomi virus corona diprediksi cukup signifikan, mengingat besarnya kontribusi China terhadap ekonomi dunia. Dunia memang dalam kegamangan. Kecemasan, kebingungan dan penantian akan bersama kita dalam beberapa bulan kedepan. Toh, di tengah kemurungan itu, antisipasi kebijakan ekonomi harus tetap dilakukan. 

   Sebagai informasi, Dampak perekonomian Jepang telah mengalami kontraksi 6,3 persen di triwulan terakhir 2019 dan terancam resesi, karena pertumbuhan ekonomi mungkin akan semakin melambat akibat wabah virus Corona. Juga singapura yang sudah merevisi target pertumbuhan ekonominya menjadi 0,5 persen akibat wabah ini.

Lalu, bagaimana dampak virus corona terhadap ekonomi Indonesia? Apa yang kita bisa lakukan untuk memitigasinya? 

Sampai kapan wabah ini akan terjadi? Kami tak pandai untuk menjawabnya. 

Wabah virus Corona baru pertama kali terjadi, karena itu kita tak tahu persis bagaimana kesudahannya. Namun, dalam ketidaktahuan ini, kita butuh pegangan, kita butuh arah. Yang kita bisa lakukan adalah membuat beberapa skenario, misalnya dengan mencoba merekonstruksi dampak wabah SARS tahun 2003 sebagai pembanding. 

Bagaimana Dampaknya ? Berikut beberapa yang bisa kami simpulkan : 

  1. Kita tahu: sekitar 29 persen dari barang yang diekspor China, bahan mentah dan penolongnya berasal dari Indonesia (terutama batu bara, kelapa sawit). Implikasinya: kita perlu mengantisipasi penurunan permintaan untuk produk-produk tersebut. Bisa diduga, harga komoditas dan barang tambang berisiko menurun. Jika ini terjadi, sektor ekspor kita akan terganggu.
  2. Selain itu, penurunan harga komoditas dan barang tambang akan berdampak kepada penurunan pendapatan pekerja di sektor tersebut. Karena ekonomi kita masih tergantung pada komoditas dan barang tambang, maka daya beli akan menurun.         Jika daya beli menurun, maka tak ada insentif bagi pengusaha untuk meningkatkan investasinya. Mudahnya : untuk apa menambah produksi jika permintaan tak ada. Singkatnya, kita bisa membayangkan bahwa dampak dari wabah virus Corona dapat memukul sektor ekspor, lalu efek berantainya akan berpengaruh pada sektor konsumsi rumah tangga, dan investasi.
  3. Isolasi atau pembatasan aktivitas yang terjadi di China juga akan mengganggu ketersediaan barang impor yang berasal dari China. Akibatnya, industri atau sektor yang bahan baku atau barang modalnya berasal dari China akan terganggu proses produksinya. Begitu juga barang konsumsi, jika pasokan lokal tak tersedia maka harga akan meningkat.
  4. Tekanan wisatawan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa lalu lintas wisatawan asal China mencapai 2,07 juta orang pada 2019. Angka tersebut mencakup 12,8 persen dari total wisatawan asing sepanjang 2019. Keputusan pemerintah untuk menghentikan penerbangan dari dan ke China patut diapresiasi sebagai salah satu langkah mengurangi penyebaran virus corona. Tetapi, tentu saja hal itu akan banyak menekan sektor pariwisata.
  5. Imbas virus corona juga terlihat pada salah satu bumbu masak yaitu Bawang Putih yang harga nya merangkak naik. Selain itu, bawang putih juga diburu karena dianggap bisa menyembuhkan berbagai macam virus. Dampak juga terasa di Indonesia, Dilihat dari situs Informasi Pangan Jakarta, pada 2 Maret 2020, harga bawang putih tertinggi mencapai Rp 60.000 kilo gram. Sementara harga rata-rata di DKI Jakarta sekitar Rp 44.809. Begitu juga dengan harga masker, hand sanitizer dan berbagai vitamin yang saat ini harganya yang sangat melambung tinggi akibat permintaan yang tinggi tetapi supply yang rendah.

B . K E B I J A K A N   B A N K   I N D O N E S I A

 Dalam menghadapi berbagai dampak perekonomian Indonesia akibat virus Corona tersebut, pemerintah pun melakukan bauran kebijakan bersama dengan otoritas moneter, yaitu Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan dan pelaku usaha di sektor riil agar bisa terus menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di Indonesia. 

Langkah kebijakan lanjutan dilakukan BI, dalam rangka memperkuat koordinasi termasuk dalam memitigasi Covid-19. Ada lima kebijakan lanjutan, Adapun 5 kebijakan Bank Indonesia itu adalah:

1. Meningkatkan intervensi
  Bank Indonesia akan meningkatkan intensitas intervensi di pasar agar nilai tukar rupiah bergerak sesuai dengan fundamentalnya dan mengikuti mekanisme pasar.

   Untuk itu, Bank Indonesia akan mengoptimalkan strategi intervensi di pasar Domestic Non Delivery Forward (DNDF), pasar spot, dan pasar Surat Berharga Negara (SBN) guna meminimalkan risiko peningkatan volatilitas nilai tukar rupiah. 

2. Menurunkan rasio Giro Wajib Minimum (GWM)   Valas
  Bank sentral juga akan menurunkan GWM valuta asing (valas) bank umum konvensional dan syariah, dari semula 8 persen menjadi 4 persen. Kebijakan ini berlaku mulai 16 Maret 2020.

  Penurunan rasio GWM alas tersebut, lanjut Perry, akan meningkatkan likuiditas valas di perbankan sekitar 3,2 miliar dollar AS dan sekaligus mengurangi tekanan di pasar valas.

3. Menurunkan rasio GWM Rupiah
 Menurunkan GWM Rupiah sebesar 50 basis point (bps) yang ditujukan kepada bank-bank yang melakukan kegiatan pembiayaan ekspor-impor, yang dalam pelaksanaannya akan berkoordinasi dengan pemerintah.

 Kebijakan ini diharapkan dapat mempermudah kegiatan ekspor-impor melalui biaya yang lebih murah. Kebijakan akan diimplementasikan mulai 1 April 2020 untuk berlaku selama 9 bulan dan sesudahnya dapat dievaluasi kembali. 

4. Lindung Nilai 
 BI mengambil kebijakan untuk memperluas jenis underlying transaksi bagi investor asing sehingga dapat memberikan alternatif dalam rangka lindung nilai atas kepemilikan rupiah. 

5. Bank Kustodian
 Bank Indonesia menegaskan  bahwa investor global dapat menggunakan bank kustodian baik global maupun domestik dalam melakukan kegiatan investasi di Indonesia. Namun, penggunaan bank kustodian, menurut Perry, tergantung praktik krisisnya masing-masing.

 Bank Indonesia akan terus memantau perkembangan pasar keuangan dan perekonomian, termasuk dampak Covid-19 serta terus memperkuat bauran kebijakan dan koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait, untuk mempertahankan stabilitas ekonomi, mendorong momentum pertumbuhan ekonomi, serta mempercepat reformasi structural.


C . L A N G K A H   P E R L I N D U N G A N

 Dalam melindungi dan mengstabilkan perekonomian indonesia diantaranya adalah Jika ekonomi global dan sektor perdagangan terganggu, maka kita perlu fokus kepada ekonomi domestik. Kami melihat bahwa pemerintah perlu melakukan kebijakan kontra siklus. Instrumen yang paling efektif untuk itu adalah mendorong permintaan domestik melalui fiskal. Kita tak perlu terlalu kuatir untuk meningkatkan defisit anggaran.

MENGAPA FISKAL ? 

 Permasalahan ekonomi Indonesia di dalam jangka pendek salah satunya adalah lemahnya permintaan. Dalam kondisi permintaan yang lemah, penurunan bunga tak akan berdampak banyak untuk mendorong produksi, karena untuk apa menambah investasi jika permintaan tidak ada. Oleh karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendorong permintaan. 

  Ekspansi fiskal harus memenuhi TTT (Targeted, Temporary, Timely). Dalam jangka sangat pendek, belanja pemerintah harus mampu mendorong daya beli melalui konsumsi rumah tangga sesegera mungkin salah satu caranya adalah dengan memperkuat produktivitas produk local.

   Berikan stimulus fiskal kepada kelompok menengah bawah, bukan kelompok atas. Mengapa? Kelompok menengah bawah memiliki kecenderungan konsumsi (Marginal Propensity to Consume) yang relatif lebih tinggi. Caranya? Perpanjang dan perluas program seperti Conditional cash transfer, cash for work (padat karya tunai), dan Bantuan Pangan Non Tunai.

  Untuk kelas menengah, program kartu Pra Kerja bisa dimanfaatkan untuk membantu daya beli sekaligus meningkatkan kemampuan. Dengan kebijakan ini, orang tetap bekerja dan daya beli terjaga. Lalu kombinasikan ini dengan belanja infrastruktur prioritas.

  Dan yang terakhir, mungkin pemerintah bisa membantu untuk mendorong sektor pariwisata dengan, misalnya, memberikan subsidi berupa potongan harga bagi jasa angkutan pesawat, bus,atau kereta api, atau penginapan agar sektor pariwisata tetap berjalan untuk beberapa bulan.


DAFTAR PUSTAKA
  • https://www.feb.ui.ac.id/blog/2020/02/28/muhammad-chatib-basri-perekonomian-dan- virus-corona/
  • https://money.kompas.com/read/2020/03/02/160747626/bi-gulirkan-5-kebijakan-lanjutan-untuk-antisipasi-dampak-corona 
  • https://m.detik.com/food/info-sehat/d-4922240/imbas-virus-corona-bawang-putih-diburu-danharganyamelonjak_ga=2.178146413.994055945.1583327715- 1888559751.1530088607
  • https://m.detik.com/news/kolom/d-4913441/hitung-hitungan-dampak-ekonomi-corona- bagi-indonesia



Penulis        : Munawaroh Dwi Wijayanti
Penyunting : Herlina
                        Sarah Putri Nur Faidah
Design         : Herlina



Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...


#BIDANGRISETDANPENGEMBANGANKEILMUAN
#PKIMMFEBUHAMKAJAKSEL

Secercah Harapan Tetuka

  Secercah Harapan Tetuka Seperti yang kita tahu bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat heterogenitas yang cukup tinggi....