Selasa, 16 Maret 2021

Resensi Buku "Sejarah Islam dan Kemuhammadiyahan" oleh Kader PK IMM Buya Hamka Jakarta Selatan (Bagian 1)

RINGKASAN



BAB I 

SEKILAS SEJARAH ISLAM ERA KLASIK DAN DINASTIK

A. Islam Masa Rasulullah SAW

1. Muhammad Sebelum Kenabian dan Menjadi Rasul

    Rasulullah SAW lahir pada hari Senin, 12 Rabiul Awal tahun Gajah, yang betepatan dengan 20 April 571/572 M di Mekkah. Beliau anak dari Abdullah bin Abdul Muthalib dan Aminah binti Wahab. Sejak dalam kandungan beliau telah yatim dengan kematian Ayahnya, yang kemudian beliau lahir dan diberi nama Muhammad oleh kakeknya Abdul Muthalib. Sebelum beliau disusui Halimatus sa’diyah, beliau telah dulu dipersusukan dengan Tsuwaibatul Islamiyah. Setelah usia kurang lebih lima tahun Muhammad kecil dikembalikan ke Aminah, namun setahun setelah itu Aminah meninggal dunia sehingga masa pengasuhan pun pindah ke tangan Abdul Muthalib sampai dia wafat. Dua tahun kemudian Tanggung jawab pengasuhan berikutnya dipikul oleh Abu Thalib yang juga adik dari Abdullah bin Abdul Muthalib. Sejak tinggal bersama Abu Thalib, Muhammad mulai banyak mendapatkan pelajaran dalam hidupnya. Pada usia kurang lebih 12 tahun beliau mulai berdagang ke luar masuk wilayah, pada usia 15 btahun beliau belajar mengembalah dan masih banyak lainnya. Hingga akhirnya pada usia 24 tahun beliau berniaga bersama Khadijah sehingga akhirnya menjadi partner hidupnya pada usia 25 untuk Muhammad dan 40 untuk Khadijah. Rasullullah telah mendapat julukan Al Amin (orang yang dipercaya) karena telah banyak memberikan mendamaikan perselisihan diantara kaum Quraisy. Pada malam Senin 17 Ramadhan  yang bertepatan dengan 6 Agustus 610 M beliau berkhalwat di gua Hira sehingga Jibril datang dan menyampaikan wahyu yang pertama QS.Al Alaq ayat 1-5 yang tak lama kemudian disambung dengan turunnya QS.Al Muddatsir ayat 1-7 sebagai tanda seorang Rasul. 

2. Dakwah Islam dan Reaksi Quraisy

    Rasulullah SAW melakukan dakwah kurang lebih 23 tahun lamanya, dengan rincian 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Ada tiga tahapan Rasulullah dalam dakwahnya yaitu dakwah secara diam-diam, dakwah semi terbuka, dan dakwah terbuka. Rasulullah pula diperjalankan oleh Allah untuk Isra’Mi’raj sebagai penenang hati dan memantapkan iman beliau. Bagi kaum kafir Quraisy, peristiwa itu menjadi bahan untuk mengolok-olokan beliau bahkan menuduhnya sebagai manusia yang berotak tidak waras.

3. Penduduk Madinah Masuk Islam dan Peristiwa Hijrah

    Pada musim haji tahun 11 setelah kenabian, beberapa orang Khazraj, dua di antaranya dari Bani Najran masuk Islam. Sejak itu Rasulullah menjadi pembicaraan hangat di kalangan penduduk Madinah (Yatsrib). Pada musim haji tahun berikutnya 12 orang laki-laki dan seorang perempuan dari Yatsrib menemui Rasulullah di Aqabah. Mereka berikrar tidak menyekutukan Tuhan, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak, tidak memfitnah, dan tidak mendurhakai Muhammad SAW. Peristiwa ini dikenal dengan Baiah al Aqabah al-Ula (Baiat Aqabah Pertama). Setelah peristiwa itu Rasulullah mengutus Mus’ab ibn Umair untuk mengajarkan Islam kepada penduduk Yatsrib. Setahun kemudian, seusai menunaikan ibadah haji, terjadi Baiah Aqabah Kedua (Baiah al-‘Aqabah al-Tsaniyah).

   Setelah Baiah Aqabah yang kedua, tindak kekerasan terhadap kaum muslimin semakin menjadi-jadi sampai-sampai mereka berencana membunuh Rasulullah. Sedangkan Rasulullah sendiri bersama Abu bakar melakukan perjalanannya dan sembunyi di gua Tsur selama tiga malam dan malam yang ketiga beliau melanjutkan perjalanannya kembali, sesampainya di Yastrib Rasul disambut hangat oleh kaum Anshor. Sejak kedatangan Rasulullah inilah Yastrib berubah nama menjadi Madinah Al Munawwarah. 

4. Pembinaan Masyarakat dan Tantangan Baru di Madinah

   Masjid Quba dan masjid Nabawi adalah bukti langkah Rasulullah dalam usaha pembinaan dan pembentukkan masyarakat. Dasar-dasar inilah merupakan segala aspek yang mengatur dalam kehidupan masyarakat, yaitu Al ikha (persaudaraan), Al musawah (persamaan), Al tasamuh (toleransi), Al tasyawur (musyawarah), Al ta’awun (tolong-menolong), Al adalah (keadilan). Setelah Islam mendapat ketenangan di seluruh jazirah Arab dan wilayah-wilayah lainnya Rasulullah bermaksud untuk menunaikan ibadah Haji yang nantinya kita kenal sebagai Haji Wada (haji perpisahan) karena dalam serangkaian ibadah haji ini ditengah Arafah beliau melakukan pidato sebagaimana dalam QS.Al Maidah ayat 3. Kurang lebih tiga bulan setelah itu Rasulullah menghembuskan nafas terakhirnya pada hari Senin, 12 Rabiul Awal 11 H yang bertepatan dengan 8 Juni 632 M dalam usianya genap 63 tahun.

B. Islam Masa Khulafa’ Al-Rasyidun

1. Sistem Pemilihan Khalifah

   Dengan wafatnya Rasul, umat muslim dihadapkan kepada suatu krisis konstitusional. Rasul tidak menunjuk penggantinya, bahkan tidak pula membentuk suatu majlis untuk masalah tersebut. Maka dibentuklah Khulafa’al-Rasyidun, pengganti Rasulullah, yaitu: 1)Abu Bakar As-Shiddiq(11-13H/632-634M),  2) Umar ibn Al-Khaththab(13-23H/634-644M), 3)‘Utsman ibn‘Affan(2335 H/644-656 M), 4) Ali ibn Abi Thalib(35-40H/656-661M). Permasalahan politik yang pertama kali muncul sepeninggal Rasulullah adalah siapa yang akan menggantikan beliau sebagai kepala pemerintahan dan bagaimana sistem pemerintahannya. Rasul mengajarkan suatu prinsip, yaitu musyawarah. Prinsip musyawarah ini, dapat dibuktikan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam setiap pergantian pimpinan dari empat khalifah, meski dengan versi yang beragam. Abu Bakar memangku jabatan khalifah berdasarkan pilihan yang berlangsung sangat demokratis di Muktamar Tsaqifah Bani Saidah. Sedangkan, Umar bin Khatab diangkat dan dipilih oleh Abu Bakar atas persetujuan para pemuka masyarakat dan jamaah kaum muslimin pada saat mereka menengok Abu Bakar sewaktu sakit. Sementara, Usman ibn Affan dipilih dan diangkat dari enam orang calon yang ditunjuk oleh Khalifah Umar saat menjelang ajalnya karena pembunuhan. Sementara, Ali ibn Abi Talib tampil memegang pucuk pimpinan negara di tengah-tengah kericuhan dan huruhara perpecahan akibat terbunuhnya Usman oleh kaum pemberontak.

2. Kebijakan-Kebijakan Pemerintah

Khulafa’al-Rasyidun sebagai kepala Negara pemerintahan menentukan kebijakan dalam rangka untuk mengembalikan persatuan kaum muslimin dan kejayaan Islam, diantaranya:
a. Memerangi Kaum Riddah
b. Pengelolahan Kas Negara
c. Penataan Birokrasi Pemerintahan
d. Perluasan dan Pengelolaan Wilayah

C. Islam Masa Dinastik

  Perpindahan kekuasaan kepada Muawiyah mengakhiri bentuk demokrasi, kekhalifahan menjadi monarchi heridetis (kerajaan turun temurun), yang diperoleh tidak dengan pemilihan dan persetujuan suara kaum muslimin. Penggantian khalifah secara turun menurun dimulai dengan sikap Mu’awiyah yang mengangkat anaknya Yazid sebagai putra mahkota. Kritik yang sangat tajam dikemukakan oleh Abdul’ A’la al-Maududi dalam bukunya Khilafah dan Kerajaan. Perubahan kekuasaan dari kekhalifahan kesistem monarchi telah menghancurhan sistem yang dibangun oleh Rasulullah dan para sahabat dengan susah payah pada awal islam. Ada 17 masa pemerintahan dinasti islam, diantaranya: Umayyah Timur, Abbasiyah, Umayyah Barat, Idrisiyah, Aglabid, Samanid, Saffariyah, Tulun, Hamdaniyah, Fatimiyah, Buwaihi, Seljuk, Ayyubiyah, Delhi, Mamluk Mesir, Mogul, Usmani. Pada era ini kemajuan peradaban telah ditunjukan oleh tiap-tiap dinasti yang pernah memerintah, baik dari segi keilmuan, seni, arsitektur, agama, filsafat, teknologi, dan lain-lain.
a.Ada tiga faktor sebab-sebab kejayaan islam, yaitu: Faktor Politik, Faktor Sosiografi, Faktor Aktivitas Ilmiah.
b.Ada tiga pula sebab-sebab kemunduran islam, yaitu: Faktor Politik, Faktor Keilmuan, Faktor Keagamaan.

BAB II

GERAKAN PEMBAHARUAN DAN REFORMASI DI DUNIA ISLAM

A. Pengertian Pembaharuan Dan Ruang Lingkup Pembaharuan

    Kata pembaharuan dalam Bahasa arab dikenal dengan tajdid yang bermakna memperbaharui sesuatu. Menurut istilah, Tajdid (Pembaharuan) adalah upaya yang dilakukan untuk memperbaharui kehidupan keagamaan, baik berbentuk pemikiran maupun gerakan, sebagai reaksi atau tanggapan terhadap tantangan internal maupun eksternal yang menyangkut keyakinan dan urusan umat islam. Pembaharuan dalam islam meliputi seluruh bidang kehidupan, yang pada intinya dapat dibedakan menjadi dua bidang utama: 1)Pembaruan dalam bidang aqidah dan ibadah. Ini dimaksud untuk memurnikan ajaran islam (purifikasi) dari unsur-unsur asing dan kembali kepada ajaran yang murni dan utuh. 2)Pembaharuan dibidang muamalah duniawiah. Ini dimaksud sebagai upaya modernisasi atau pengembangan aspek sosial, ekonomi, politik, pendidikan, dan budaya sepanjang tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan hadis.

B. Tokoh Pembaharuan Pada Periode Klasik Sampai Modern

-Ibnu Taimiyah (1263-1328)
-Muhammad Ibn Abdul Wahhab (1730-1791)
-Jamaluddin al-Afghani (1838/1839-1897)
-Muhammad Abduh (1848-1905)
-Rasyid Ridha (1865-1935)

C. Gerakan Pembaharuan Islam Di Indonesia (1900-1940)

    Gerakan pembaharuan islam di Indonesia pada saat itu banyak menyerap kepada Ibnu Taimiyah dan Muhammad Ibn Abdul Wahhab, gerakan pendidikan dipengaruhi oleh Muhammad Abduh, sedangkan gerakan politik dipengaruhi oleh Jamaluddin al-Afghani.
- Jami’atul Khair didirikan pada 15 juli 1905, organisasi pembaharuan pertama yang didiriakn di indonesia. Pendiriaannya adalah sayid Muhammad al-Fatchur Ibn Abdurrahman al-Masjhur, Sayid Muhammad ibn Abdullah Ibn Sjihab, Sayid ldrus ibn Ahmad ibn Sjihab, dan Sayid Sjehan ibn Sjihab.
- Sarekat Islam(SI) berdiri di Solo pada tanggal 11 Nopember 1912. Organisasi ini didirikan oleh K.H. Samanhoedi, M.Asmodimedjo, M.Kertotaruno, M.Sumowerdojo dan Hadji Abdulradjak. Yang dimana sebelumnya  organisasi ini bernama Serikat Dagang Islam (SDI).
- Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 Miladiyah di Kota Yogyakarta. Muhammadiyah lebih bergerak di bidang kehidupan umat salah satunya adalah di bidang pendidikan, KH.Ahmad Dahlan berikhtiar untuk menyempurnakan pendidikan yang ada dengan mengintegrasikan dengan ilmu-ilmu pengetahuan umum.

BAB III

LATA BELAKANG, PENDIRI, LAMBANG, DAN TUJUAN MUHAMMADIYAH

A. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah

   Secara umum faktor pendorong kelahiran Muhammadiyah bermula dari beberapa kegelisahan dan keprihatinan socialreligius, dan moral. Kegelisahan social ini terjadi disebabkan oleh suasana kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan umat. Kegelisahan religius muncul karena melihat praktik keagamaan yang mekanistik tanpa terlihat kaitannya dengan perilaku social dan positif disamping sarat dengan takhayul, bid’ah dan khurafat.Kegelisahan moral disebabkan oleh kaburnya batas antara baik dan buruk, pantas dan tidak pantas.

1. Faktor Individu KH. Dahlan (Subyektif)

    Faktor subyektif  yang sangat kuat bahkan dapat dikatakan sebagai faktor utama dan penentu dalam mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah pendalaman dan kajian KH. A. Dahlan terhadap al-Qur’an yang kritis. Ayat tersebut benar-benar dapat menginspirasi KH. A. Dahlan sehingga tergerak hatinya untuk membangun sebuah perkumpulan, organisasi, atau persyarikatan yang teratur, dan rapi yang tugasnya berkhidmat melaksanakan misi dakwah Islam amar makruf nahi munkar di tengah-tengah masyarakat luas. 

2. Faktor Eksternal (obyektif)

a. Ketidakmurnian dan tidak selarasnya Amalan Islam dengan Qur’an dan Sunnah
b. Tidak Terdapat Lembaga Pendidikan Islam yang Memadai
c. Meningkatnya gerakan misi agama lain ke masyarakat Indonesia
d. Kelemahan kepemimpinan Islam
e. Tekanan Dunia Barat, terutama bangsa Belanda ke Indonesia
f. Pengaruh dari gerakan pembaharuan dalam Dunia Islam.

B. Pendiri Muhammadiyah : KH Ahmad Dahlan

    K.H. Ahmad Dahlan ketika kecil bernama Muhammad Darwis. Lahir pada tahun 1868 M di Kampung Kauman sebelah Barat Alun-alun Utara Yogyakarta. Pendidikan Dahlan dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, masjid, kemudian ke Mekkah. Pada tahun 1883 ketika berusia 15 tahun, ia menunaikan ibadah haji yang pertama dan bermukimditanah sucisekitarlima tahundengan mempelajari berbagai macam disiplin ilmu, seperti Al Qur’an, teologi, astronomi, dan hukum agama (fiqh), termasuk didalamnya mempelajari karya-karya Muhammad Abduh. Dahlan mendorong penggunaan akal fikiran dalam memahami dan mengamalkan agama, yang merupakan respon terhadap kebiasaan umat waktu itu menerima agama secara taklid. 

C. Lambang Muhammadiyah 

1. Bentuk Lambang

   Bentuk lambang Muhammadiyah adalah matahari yang memancarkan dua belas sinar ke semua penjuru, dengan sinar yang bersih putih bercahaya. Ditengah-tengahnya terdapat tulisan arab berbunyi Muhammadiyah, dan pada lingkaran bagian atas dan bagian bawah terdapat tulisan dua kalimah syahadat. Seluruh gambar matahari dengan atributnya berwarna putih dan terletak di atas warna dasar hijau daun.

2. Penjelasan Lambang

    Muhammadiyah menggambarkan jati diri, gerak, serta manfaatnya sebagaimana matahari. Kalau matahari menjadi penyebab lahiriyah berlangsungnya kehidupan secara biologis bagi seluruh makhluk hidup yang ada di bumi, maka Muhammadiyah akan menjadi penyebab lahiriyah berlangsungnya kehidupan secara spiritual, rohaniah bagi semua orang yang mau menerima pancaran sinarnya yang berupa ajaran Islam sebagaimana termuat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Ajaran Islam yang hak dan lagi sempurna itu seluruhnya berintikan dua kalimat syahadat. Dua belas sinar matahari yang memancar ke seluruh penjuru mengibaratkan tekad dan semangat pantang menyerah dari warga Muhammadiyah dalam memperjuangkan Islam di tengah-tengah masyarakat Indonesia sebagai tekad dan semangat pantang mundur dan menyerah dari kaum hawary, sahabat nabi Isa  AS yang jumlahnya 12 orang.

  Warna putih pada seluruh gambar matahari melambangkan kesucian dan keikhlasan. Keikhlasan yang menjadi inti ajaran Islam sebagaimana yang diajarkan rasulullah, dijadikan jiwa dan ruh perjuangan Muhammadiyah, dan yang sejak awal sudah ditanamkan oleh KH. A.Dahlan. Oleh karena itu, Muhammadiyah dalam berjuang untuk menegakan dan menjunjung tinggi agama Islam semata-mata mengharapkan keridhaan Allah. Warna hijau yang menjadi warna dasar melambangkan kedamaian dan kesejahteraan. Muhammadiyah berjuang di tengah-tengah masyarakat Indonesia dalam rangka merealisasikan ajaran Islam yang penuh dengan kedamaian,selamat, dan sejahtera bagi umat manusia, QS al-Anbiya’: 107.

D. Maksud dan Tujuan Muhammadiyah

1. Pada Awal Berdirinya

Pada awal berdiri, maksud dan tujuan Muhammadiyah dirumuskan sebagai berikut: 

a. Menyebarkan pengajaran kanjeng Nabi Muhammad SAWkepada penduduk bumi putra, di dalam residensi Yogyakarta. 
b. Memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya.

2. Sesudah Muhammadiyah Meluas ke Luar Yogyakarta

Setelah Muhammadiyah mengalami perkembangan yang menggembirakan di luar daerah Yogyakarta, maka maksud dan tujuannya harus juga dirubah, yaitu:

a. Memajukan dan mengembirakan pengajaran dan pelajaran agama Islam di Hindia Belanda, dan
b. Memajukan dan menggembirakan hidup sepanjang kemauan agama Islam kepada sekutu-sekutunya.

BAB IV

AMAL USAHA MUHAMMADIYAH

A. Bidang Keagamaan

    Pada bidang ini sesungguhnya pusat seluruh kegiatan Muhammadiyah, dasar, dan jiwa setiap amal usaha Muhammadiyah. Dan apa yang dilaksanakan dalam bidang-bidang lainya tak lain dari dorongan keagamaan semata-mata, karena baik kegiatan bersifat kemasyarakatan, perekonomian, pendidikan, sampai, pun yang digolongkan pada politik semua tak dapat dipisahkan dari jiwa, dasar dan semangat keagamaan. 

B. Bidang Pendidikan

    Dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah merupakan organisasi massa Islam terdepan dan terbesar dibandingkan dengan organisasi yang lainnya. Bagi Muhammadiyah, pendidikan mempunyai arti penting, karena melalui bidang inilah pemahaman tentang ajaran Islam dapat diwariskan dan ditanamkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika program nyata yang paling awal dilakukan oleh Muhammadiyah adalah menggembirakan pendidikan. Di bidang ini, paling tidak ada dua segi yang menjadi sasaran pembaruan, yaitu cita-cita dan teknik pengajaran. Jumlah amal usaha Muhammadiyah bidang pendidikan, berdasarkan data yang terhimpun di Sekretariat kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah adalah sebagai berikut . Dalam Bidang Pendidikan terdiri atas ; (1) Taman Kanak-kanak/ TPA (4.623 buah); (2) Sekolah Dasar/ MI (2.604 buah); (3) Madrasah Tsanawiyah/ SMP (1.772 buah); (4) Madrasah Aliyah/ SMK/ SMA (1.143 buah); (6); (8) Pondok Pesantren (67 buah); (9) Mu’alimin /Mu’allimat (25 buah), (10) Sekolah Luar Biasa (71 buah); (11) Perguruan Tinggi (172 buah); (12) SLB (71 buah).

C. Bidang Kemasyarakatan 

    Sedangkan dalam bidang kemasyarakatan usaha yang dilakukan oleh Muhammadiyah, yaitu dengan mendirikan berbagai rumah sakit, poliklinik, rumah yatim-piatu, yang dikelola melalui lembaga-lembaga, bukan secara individual sebagaimana yang dilakukan orang pada umumnya di dalam memelihara anak yatim piatu. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Secercah Harapan Tetuka

  Secercah Harapan Tetuka Seperti yang kita tahu bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat heterogenitas yang cukup tinggi....