Selasa, 12 Mei 2020

ARTIKEL ONLINE KEMBALINYA AIR MATA MULIA


Assalamu’alaikum wr, wb.




" KEMBALINYA  AIR  MATA  MULIA "


Hari yang diawali dengan gemerlap awan yang gelap pekat dibumbui gemeritik air yang berjatuhan seakan menjadikan aktivitas perduniawian menjadi tersendat. Akan tetapi walaupun hujan pun sangat kompak menerpa dataran batavia, para pejuang mencari nafkah akan tetap mendobrak suatu rintangan yang dikomandokan oleh sang maha pencipta untuk menghidupi sanak sedarahnya. keadaan suasana gelap pekat yang hari ini hadir, seakan menjadi jelmaan air mata para founding fathers dan pemuda masa lalu dengan mengandalkan gagasan yang sangat kokoh, mereka bisa memutus tali kolonialisme yang ada dan dapat mengejawantahkan kehadiran Indonesia yang sebenar-benarnya. 


Para founding fathers dan pemuda masa lalu melihat hiruk pikuknya keadaan hari ini membuat saya yakin jika diberi hidup kembali, mereka miris melihatnya dan sedih mendengarkannya. Saya pun menganalogikan seperti rumah yang amat sangat bersejarah dan sudah menua karena termakan oleh waktu yang seharusnya dilestarikan tapi pada akhirnya diruntuhkan oleh kaum kapitalis yang ingin menggantikannya dengan gedung pencakar langit yang berimpact keuntungan besar. Problematika yang terjadi saat ini, telah dilupakannya sejarah substantif yang dianggap pemuda masa kini tidak penting. Pemuda masa kini sudah dibutakan dengan hadirnya teknologi, impact yang hari ini di dapat seharusnya menimbulkan hal positif akan tetap tertutup dengan memayoritaskan hal-hal negatif. Seharusnya meningkatkan kerangka referensi pemuda masa kini akan tetapi pemuda masa kini lebih menonjolkan sifat sensasi yang tertuju kebodohan.


Miris, melihat opening liga sepak bola tertinggi di Indonesia seakan-akan harkat martabat manusia menjadi bobrok. dengan menghadirkannya tarian dari aplikasi luar. Seakan-akan tarian tradisional yang setiap provinsi memiliki ciri khasnya musnah bahkan tertutup dengan adanya tarian aplikasi luar yang lebih menonjolkan sensasi. Dan melihat ada lebih dari 1 juta pemuda yang menari-nari didepan kamera dengan dibantu dengan aplikasi luar menjadikannya terjangkit penyakit eksistensialis yang berdampak pada “ kebodohan “ tingkat akut.


Kalimat akan ada 1000 pemuda, 10 pemuda, bahkan hanya ada 1 pemuda yang rela memperjuangkan kebenaran, pastikan dan saksikan, itulah aku. Namun, kini semua itu telah mejadi omong kosong. Teriakan semangat yang hanya sebatas retorika. Pemuda masa kini hanya mengutamakan “sensasi” dibandingkan “aksi” dan “kreasi”. Melihat foto diatas sang garda revolusioner menangis kembali melihat pemuda masa kini yang hilang arah. Sejarah panjang kemanusiaan pun telah dilupakan. Musuh dihadapan pemuda masa kini ialah Imperialisme kebudayaan yang harus dimusnahkan. Jangan sampai pemuda kehilangan arah kepribadian dan identitasnya. Dan akan selalu teringat “jangan pernah sekali-kali melupakan sejarah “  kata Bung Karno su
uatu ketika...


Wassalamu’alaikum wr, wb.


Penulis  :  IMMawan Muhamad Tri Saputro





Secercah Harapan Tetuka

  Secercah Harapan Tetuka Seperti yang kita tahu bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat heterogenitas yang cukup tinggi....