Minggu, 25 Juli 2021

Resensi Buku "Sukma Intelektualisme" oleh Bidang RPK PK IMM Buya Hamka Jakarta Selatan

 


Setiap manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam keadaan mempunyai akal atau intelektual. Intelektualisme adalah suatu kumpulan kemampuan seseorang untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam hubungannya dengan lingkungan dan masalah-masalah yang timbul (Gunarsa, 1991). Sedangkan, sukma dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai jiwa; nyawa. Pada saat yang sama, penulis menjelaskan bahwa intelektual adalah nyawa/jiwa yang harus tetap dijaga dan dapat dijelaskan sebagai optimalisasi daya pikir melalui akal dengan tujuan untuk menemukan dan menjawab suatu masalah berdasarkan  ilmu.

Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang disebut sebagai wadah intelektual diharapkan dapat mewujudkan berbagai nilai intelektual itu dengan bijak dalam berpikir, berperilaku, dan bertindak dengan berlandaskan etika dan moralitas. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah selalu berpijak pada sebuah sejarah yang membuat IMM ini lahir. Di dalam buku ini dikatakan bagaimana para kader ikatan sudah mulai kehilangan kepeloporannya. Penulis mengingatkan supaya intelektualisme dalam tubuh IMM terus berkembang dan hidup, serta nilai ‘anggun dalam moral, unggul dalam intelektual’ tidak hanya sekedar jargon tetapi diwujudkan di tengah zaman yang selalu berubah dan semakin rumit ini. Dengan meneguhkan kembali semangat untuk berintelektual dan sekaligus menegaskan kembali tanggung jawab IMM sebagai gerakan mahasiswa islam sebagai bentuk manifestasi tujuan keberadaan ikatan.

Tidak hanya tentang intelektualisme saja, pada buku ini penulis juga menggugat aktivisme IMM  dalam tubuh ikatan. Didasari pada pengalaman penulis terdapat tiga hal yang membentuk pola pikir kader saat ini, yaitu pergerakan yang sifatnya jangka pendek, anti-kritik, dan minim refleksi serta kontribusi. Berorganisasi di IMM tidak hanya mendapatkan pengetahuan tentang organisasi dan pembelajaran tidak hanya saat perkaderan saja, tetapi dalam menjalaniaktivitas ber-IMM secara lebih luas kepada masyarakat.

Kata sukma sangat tepat untuk menunjukkan keberadaan intelektual itu masih ada dalam kepribadian kader IMM yang harus selalu dijaga dan diwujudkan dengan kepribadian akhlak yang mulia.Oleh karena itu, dengan cara ini, akademisi Islam akan mencapai bentuk sejati mereka bukan hanya sebagai perwujudan keindahan karakter, tetapi sebagai praktik nyata dari penalaran, kepribadian, dan  tindakan. Sukma intelektualisme memperhatikan bagaimana nilai intelektualisme dapat tercermin dalam hati, sikap, dan tindakan.

Sebagai bagian dari gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), membaca buku ini sangat berarti bagi jiwa intelektual kader dan bagian IMM ini untuk benar-benar mewujudkan tujuan IMM. Selain itu, dengan membaca buku ini, dapat memberikan refleksi pandangan kita terhadap kaum intelektual, yaitu kaum intelektual tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga cerdas secara organisasi dan  masyarakat sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Secercah Harapan Tetuka

  Secercah Harapan Tetuka Seperti yang kita tahu bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat heterogenitas yang cukup tinggi....